“Topeng untuk Dunia”, Lestarikan Budaya dan Nilai Luhur untuk Generasi dengan Seni

MALANG – Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus memperkuat komitmennya dalam pelestarian budaya Panji melalui program “Topeng untuk Dunia”. Inisiatif ini tidak hanya menyasar aspek pertunjukan seni, tetapi juga mengembangkan literatur, kerajinan tangan, serta nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam cerita Panji. Program ini sekaligus menjadi bentuk apresiasi bagi para seniman yang konsisten menjaga kelangsungan tradisi topeng Panji.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Evy Afianasari, pelestarian budaya Panji penting karena mengandung nilai-nilai sosial yang tetap relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. “Wayang Topeng Malangan bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi media penyampaian nilai-nilai luhur yang harus terus diperbarui penyajiannya. Tanpa inovasi, tradisi bisa kehilangan relevansinya,” ujarnya.

Cerita Panji sendiri memiliki akar sejarah panjang dari masa Kerajaan Kediri dan Majapahit. Narasi epik ini sarat nilai moral, keadilan sosial, dan identitas budaya. “Nilai-nilai inilah yang menjadikan kisah Panji bertahan berabad-abad,” kata Aris Setiawan dari Bidang Komunikasi Budaya Disbudpar Jatim. Menurutnya, pendekatan multi-stakeholder dibutuhkan untuk membangun ekosistem pelestarian budaya yang berkelanjutan.

Sebagai pembuka program, digelar pertunjukan dramatari Topeng Panji Malangan berjudul Rara Tangis Rara Jiwa pada 7 Maret 2025 di STKW Malang. Kolaborasi antara Disbudpar Jatim dan akademisi ini menunjukkan integrasi antara dunia akademik dan praktik budaya. Tahap berikutnya menghadirkan lakon Panji Laras pada 4 Mei 2025 di Taman Krida Budaya Malang, dengan kisah perjuangan tokoh muda menemukan jati dirinya di tengah konflik kekuasaan dan identitas.

Program ini juga melibatkan pelatihan teknis dan manajerial bagi para seniman muda agar mampu menghasilkan pertunjukan berkualitas sekaligus menarik minat ekonomi kreatif. Pendekatan edukatif pun ditempuh melalui program pendampingan di sekolah dan komunitas, guna menciptakan regenerasi pelaku seni topeng. “Kami ingin menciptakan kesadaran baru di kalangan generasi muda tentang pentingnya menjaga tradisi,” ujar Aris.

Ke depan, pemerintah berharap program ini mendapat dukungan anggaran dan kebijakan dari berbagai pihak. Sinergi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan revitalisasi budaya Panji dalam jangka panjang. “Kami ingin memastikan budaya Panji tetap hidup dan bermakna bagi masyarakat, sekarang dan di masa depan,” pungkas Evy.

[Sumber: dok. Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Timur]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *