
Topeng Malangan, yang dikenal dengan keindahan dan kekhasan bentuknya, tidak hanya mempesona dari segi tampilan, tetapi juga memiliki proses pembuatan yang penuh ketelitian dan keahlian. Sejak zaman dahulu, pembuatan topeng ini telah melalui berbagai perubahan material, mulai dari penggunaan batu, emas, hingga logam, hingga kini lebih banyak dibuat dari kayu pilihan.
Proses pembuatan topeng Malangan dimulai dengan pemilihan kayu yang berasal dari pohon yang memiliki kualitas tertentu. Kayu yang dipilih haruslah kayu tua yang kuat dan memiliki serat yang padat untuk menjamin ketahanan dan keawetan topeng. Setelah kayu dipilih, langkah pertama adalah memotong kayu tersebut sepanjang 20 sentimeter, ukuran yang ideal untuk menghasilkan topeng yang tidak hanya kokoh tetapi juga mudah diolah.
Setelah pemotongan, kayu kemudian dikeringkan secara alami dalam waktu yang cukup lama untuk menghindari risiko retak atau kerusakan pada bahan. Pengeringan alami ini penting karena memastikan kayu tetap stabil dan siap untuk tahap berikutnya.
Begitu kayu benar-benar kering, pengrajin akan mulai menggambar pola wajah pada permukaan kayu, dimulai dari bagian dasar seperti hidung, mata, hingga mulut, yang disesuaikan dengan karakter yang akan dibentuk.
Setelah pola digambar, pengrajin melanjutkan dengan proses pengukiran menggunakan alat ukir tradisional yang memerlukan ketelitian tinggi. Setiap detail, mulai dari lekukan pada mata hingga bentuk bibir, dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar karakter yang diinginkan dapat tergambar dengan sempurna.

Setelah semua bagian terukir dengan baik, tahap selanjutnya adalah penghalusan permukaan topeng menggunakan amplas halus untuk memberikan sentuhan akhir yang rapi dan halus.
Pada tahap pewarnaan, topeng Malangan menggunakan bahan alami yang dipilih dengan cermat untuk memberikan warna yang khas serta membuat topeng tahan terhadap debu dan keringat.
Warna putih diperoleh dari kapur, merah menggunakan bunga sumbo keling, hijau dan biru dihasilkan dari daun koro, kuning berasal dari kunyit, dan hitam dicapai dengan arang yang dicampur minyak kelapa. Penggunaan bahan alami ini tidak hanya memberikan keindahan visual tetapi juga memiliki fungsi praktis, menjaga ketahanan topeng dalam jangka waktu yang panjang.
Setiap langkah dalam proses pembuatan topeng Malangan menggambarkan kecermatan dan keterampilan pengrajin yang tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga berusaha melestarikan seni dan budaya khas Malang. Melalui tangan-tangan terampil pengrajin, topeng Malangan terus hidup dan berkembang, menjadi simbol kebudayaan yang tak lekang oleh waktu.
[Sumber: dok. wawancara Lyhonk]


